Skip to main content

Imanuel


Menurut dunia kesehatan, kesepian dapat menjadi penyebab manusia mengalami stress. 
Banyak orang yang mengalami rasa kesepian dan merasa tidak ada orang yang menjadi teman dalam kehidupan mereka. Banyak orang yang merasa sendiri juga, dan tak jarang seseorang menganggap orang-orang di sekeliling mereka tidak mengasihi mereka dan menaruh perhatian pada mereka. Hal ini juga akhirnya membuat orang lari kepada hal-hal negatif untuk mengisi kekosongan dan kesepian dalam hidup mereka, hingga yang paling buruk mengalami kecanduan/ketergantungan pada hal-hal negatif. Ataupun juga terlibat dalam pergaulan yang tidak sehat, hanya karena mereka merasa lingkungan pergaulan tersebut mau menerima mereka apa adanya dan mau menjadi teman bagi mereka.

 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita.” - Matius 1:23

Padahal, jika kita mau merenungkan bersama, Alkitab jelas mengatakan bahwa Tuhan Yesus sendiri lahir ke dunia dengan nama “Imanuel” yang artinya Allah menyertai kita (Matius 1:23). Artinya bahwa kita tidak pernah ditinggalkan sendiri di dunia ini. Tuhan selalu ada bersama dengan kita di setiap keadaan dan musim dalam hidup kita. Penyertaan Tuhan ini pun bisa berupa banyak hal. Ketika kita bangun dengan keadaan sehat, kita masih bisa menghirup udara segar secara gratis, menikmati sinar matahari, dan banyak hal lain yang kita terima dengan cuma-cuma, sesungguhnya itu adalah bukti bahwa Tuhan ada bersama dengan kita dan menyertai kita dengan kebaikan-Nya. Kita hanya perlu membuka mata hati kita dan menyadari bahwa semua yang kita terima merupakan hasil dari kebaikan dan penyertaan Tuhan.

Mari ambil waktu sejenak untuk berhenti dari setiap aktivitas kita dan membuka mata serta hati kita. Maka kita akan melihat bukti dari penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian. Ia tak pernah meninggalkan kita. Nama-Nya adalah “Imanuel” – yang artinya: Allah menyertai kita.

Sadari bahwa ada Tuhan yang selalu menyertai kehidupan kita. Kita tidak pernah dibiarkan sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Masihkah Kita Menghormati Tuhan?

Pada 7 Januari 2024 dalam tidur saya, saya bermimpi. Sebuah mimpi yang cukup singkat, namun mengusik hati saya. Dalam mimpi tersebut, saya seperti sedang memimpin sebuah Persekutuan yang tidak terlalu besar. Pada awalnya belum banyak orang yang hadir, namun lama-lama orang-orang berdatangan. Saya melihat anak-anak kecil, kira-kira seusia SD hingga SMP berdatangan dengan polos, ada wajah sukacita pada mereka. Saya sudah hendak memulai Persekutuan tersebut ketika tiba-tiba di sisi lainnya ada orang-orang dewasa yang tiba-tiba sudah berdiri disana, sepertinya hendak mengikuti Persekutuan itu juga. Mereka Nampak mengenakan pakaian berupa jas yang rapi dan resmi. Ketika Persekutuan mulai berjalan, anak-anak yang hadir tadi menyembah dengan khusyuk, namun sewaktu saya menoleh ke barisan orang-orang dewasa berjas tadi, mereka terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri dan mulai menimbulkan kegaduhan yang mengganggu suasana ibadah. Dalam mimpi itu, saya mulai merasa terganggu dan menoleh

Mau menakar TUHAN dengan inderamu yang penuh dosa?

DIA adalah TUHAN yang tidak bisa ditakar dengan indera kita yang telah ikut jatuh ke dalam dosa. Sewaktu Musa mati, Bangsa Israel mengalami duka yang mendalam. Mereka meratapi kepergian Musa selama kurang lebih satu bulan. "Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya." (Ulangan 34:8a) Tentu hal ini sangat ‘manusiawi’ karena Musa had been with them for a long time. Bahkan Musa ada bersama mereka semenjak mereka masih di tanah perbudakan. Meski awalnya orang-orang Israel meragukan Musa, namun tidak bisa dipungkiri, Musa telah menjadi pemimpin, bahkan “Bapak” bagi Bangsa Israel dalam perjalannnya. Namun ada sebuah ‘fakta’ bahwa mungkin ketika bangsa Israel masih dalam suasana duka karena kepergian Musa, tiba-tiba Tuhan berfirman bahwa hamba-Nya Musa, yang telah Ia sertai sekian lama, telah mati. Lalu Tuhan menunjuk Yosua untuk menyelesaikan mandat yang diberikan kepada Musa. Tuhan berjanji, bahwa seperti Tuhan menyertai Musa, demikian Tuhan akan meny

Dimana fokusnya?

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  - Matius 6:27 (TB)   Jika kita membaca perikop firman Tuhan dari  ayat di atas, judul perikopnya: “Hal Kekuatiran”. Biasanya jika membaca perikop ini, kita cenderung terfokus mengenai mengatasi kekuatiran karena Tuhan telah menyediakan segala sesuatunya bagi kita. Tentu hal ini tidak salah dan memang tertulis demikian jelas di Alkitab.   Namun mari kita mampir sebentar ke ayat yang ditulis oleh versi Amplified Bible, disana ditulis demikian: “Set your mind and keep focused habitually on the things above (heavenly things), not on things that are on earth (which have only temporal value” (Colossians 3:2 AMP). Jika diterjemahkan bahasa Indonesia   nya, artinya kurang lebih  yaitu kita diingatkan untuk fokus pada hal-hal yang bersifat sorgawi dan bukan duniawi, yang sifatnya hanya sementara.   Dalam perikop kita di Matius 6, pada ayat ke 25 kita diingatkan bahwa seringkali kit