Skip to main content

Masihkah Kita Menghormati Tuhan?



Pada 7 Januari 2024 dalam tidur saya, saya bermimpi. Sebuah mimpi yang cukup singkat, namun mengusik hati saya.

Dalam mimpi tersebut, saya seperti sedang memimpin sebuah Persekutuan yang tidak terlalu besar. Pada awalnya belum banyak orang yang hadir, namun lama-lama orang-orang berdatangan.

Saya melihat anak-anak kecil, kira-kira seusia SD hingga SMP berdatangan dengan polos, ada wajah sukacita pada mereka. Saya sudah hendak memulai Persekutuan tersebut ketika tiba-tiba di sisi lainnya ada orang-orang dewasa yang tiba-tiba sudah berdiri disana, sepertinya hendak mengikuti Persekutuan itu juga. Mereka Nampak mengenakan pakaian berupa jas yang rapi dan resmi.

Ketika Persekutuan mulai berjalan, anak-anak yang hadir tadi menyembah dengan khusyuk, namun sewaktu saya menoleh ke barisan orang-orang dewasa berjas tadi, mereka terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri dan mulai menimbulkan kegaduhan yang mengganggu suasana ibadah. Dalam mimpi itu, saya mulai merasa terganggu dan menoleh pada mereka dan menghardik mereka, saya tidak ingat tepatnya kalimat yang saya katakana pada mereka, namun saya ingat, intinya saya meminta mereka menghormati Tuhan, karena kita sedang melakukan Persekutuan disitu.

Setelahnya saya terbangun. Seharian saya terus teringat mimpi itu. Saya hanya menyimpannya dalam hati, namun saya percaya ini bukan mimpi ‘biasa’ yang bisa saya abaikan (karena biasanya kalau ini hanya mimpi ‘biasa’ maka saya akan segera melupakannya, namun mimpi ini terus berputar di ingatan saya).

Saya merenung dan bertanya pada Tuhan, apa artinya mimpi itu?

Tuhan menuntun saya dan mengingatkan saya bahwa anak-anak kecil dalam mimpi tersebut ialah seperti anak-anak yang tertulis dalam Alkitab. Mereka yang menyambut Tuhan Yesus dengan sukacita, dengan ketulusan, hingga akhirnya Tuhan mengatakan dalam firman-Nya,

Markus 10:15 (TB)  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Tuhan Yesus justru menjadikan sikap anak-anak kecil yang menyambut-Nya menjadi teladan bagi orang-orang yang ada disana saat itu. Bahkan di ayat berikutnya, Tuhan Yesus memberkati mereka.

Markus 10:16 (TB)  Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

Lantas, siapa orang-orang berpakaian jas rapi yang ada disana? Mereka mengenakan pakaian rapi, hadir dalam pertemuan tersebut, namun pada kenyataannya mereka ‘tidak menghormati’ Tuhan?

Bagaimana jika jawabannya adalah saya dan saudara? Kita, orang-orang ‘dewasa’ yang sudah berada di dalam ladang pelayanan lama?

Bagaimana jika mereka adalah representasi dari kita? Orang-orang yang sudah ‘sibuk’ dengan bisnis kita, pelayanan kita, urusan kita, hingga akhirnya kita menjadikan Persekutuan menjadi hal yang ‘biasa’ hingga lupa ‘menghormati Tuhan’?

Bagaimana jika mereka adalah setiap kita yang duduk di kursi pemerintahan? Orang-orang yang dipercaya untuk duduk di kursi-kursi kepemimpinan, namun lupa, bahwa otoritas tertinggi yang harus kita ‘hormati’ adalah Tuhan?

Di tahun 2024 ini, siapapun kita, apapun posisi kita, mari belajar untuk menghormati Tuhan. Hormati Tuhan di kursi pemerintahan, di tempat-tempat kerja kita, di bisnis-bisnis kita. Hormati Tuhan melalui setiap pelayanan yang kita lakukan, tidak peduli setinggi apapun jabatan kita, atau sesederhana apapun bagian kita.

Miliki iman pada Tuhan seperti anak-anak yang menyambut Kerajaan Sorga (childlike faith).

Jangan mau terjebak dengan tipu muslihat si jahat, jangan pernah mencuri kemuliaan yang menjadi hak-Nya. Jangan sampai ‘kegaduhan’ dalam hidup kita menghalangi kita datang pada hadirat-Nya dan menyembah-Nya. Jangan biarkan kedudukan yang kita miliki membuat kita lupa bahwa ada Otoritas Tertinggi yang harus kita hormati dalam hidup kita, yaitu Tuhan sendiri.

Letakkan TUHAN pada tempat-Nya. Dialah Sang Raja, Pemegang Otoritas tertinggi di bumi dan di surga.

All hail, King Jesus!

HE is worthy all the glory!

Adinda Rukmi

Comments

Popular posts from this blog

Mau menakar TUHAN dengan inderamu yang penuh dosa?

DIA adalah TUHAN yang tidak bisa ditakar dengan indera kita yang telah ikut jatuh ke dalam dosa. Sewaktu Musa mati, Bangsa Israel mengalami duka yang mendalam. Mereka meratapi kepergian Musa selama kurang lebih satu bulan. "Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya." (Ulangan 34:8a) Tentu hal ini sangat ‘manusiawi’ karena Musa had been with them for a long time. Bahkan Musa ada bersama mereka semenjak mereka masih di tanah perbudakan. Meski awalnya orang-orang Israel meragukan Musa, namun tidak bisa dipungkiri, Musa telah menjadi pemimpin, bahkan “Bapak” bagi Bangsa Israel dalam perjalannnya. Namun ada sebuah ‘fakta’ bahwa mungkin ketika bangsa Israel masih dalam suasana duka karena kepergian Musa, tiba-tiba Tuhan berfirman bahwa hamba-Nya Musa, yang telah Ia sertai sekian lama, telah mati. Lalu Tuhan menunjuk Yosua untuk menyelesaikan mandat yang diberikan kepada Musa. Tuhan berjanji, bahwa seperti Tuhan menyertai Musa, demikian Tuhan akan meny

Dimana fokusnya?

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  - Matius 6:27 (TB)   Jika kita membaca perikop firman Tuhan dari  ayat di atas, judul perikopnya: “Hal Kekuatiran”. Biasanya jika membaca perikop ini, kita cenderung terfokus mengenai mengatasi kekuatiran karena Tuhan telah menyediakan segala sesuatunya bagi kita. Tentu hal ini tidak salah dan memang tertulis demikian jelas di Alkitab.   Namun mari kita mampir sebentar ke ayat yang ditulis oleh versi Amplified Bible, disana ditulis demikian: “Set your mind and keep focused habitually on the things above (heavenly things), not on things that are on earth (which have only temporal value” (Colossians 3:2 AMP). Jika diterjemahkan bahasa Indonesia   nya, artinya kurang lebih  yaitu kita diingatkan untuk fokus pada hal-hal yang bersifat sorgawi dan bukan duniawi, yang sifatnya hanya sementara.   Dalam perikop kita di Matius 6, pada ayat ke 25 kita diingatkan bahwa seringkali kit