Skip to main content

Siapa yang Utama?


Jika kita baca kitab Yehezkiel 14:1-11, Tuhan menegur Bangsa Israel, dan secara spesifik ditujukan pada para tua-tua dan nabi, mengenai murka-Nya pada orang-orang yang menjunjung tinggi berhala-berhala dalam hati dan kehidupan mereka. Berhala-berhala tersebut telah menjadi batu sandungan dalam hidup mereka. Di ayat yang ke 6, Tuhan mengingatkan supaya mereka berpaling dari berhala-berhala tersebut.

Kadang, kita sadari atau tidak, ada banyak berhala dalam kehidupan kita yang kita ‘junjung tinggi’ melebihi Tuhan dalam hidup kita. Berhala tersebut bisa berupa pekerjaan kita, sekolah, kuliah, hobi, HP, harta, pasangan kita, dan banyak hal lainnya yang kita junjung tinggi. Bahkan, ketika pelayanan kita menjadi lebih penting dari Tuhan yang kita layani, maka sebenarnya hal itupun telah menjelma menjadi berhala dalam kehidupan kita.

 

Tanpa kita sadari, kita telah meletakkan batu sandungan itu sendiri dalam kehidupan kita, dengan kita mengutamakan hal-hal tersebut di atas Tuhan dalam hidup kita. Tanpa sadari hal-hal tersebut telah menggeser posisi Tuhan dalam hati kita. Mana yang akan kita pilih, Tuhan atau berhala-berhala tersebut?

Ketika kita menyadari hal ini, mari kita bertobat. Singkirkan berhala-berhala yang ada dalam kehidupan kita hari-hari ini dan kembali meletakkan Tuhan di posisi yang terutama dan pertama dalam kehidupan kita.


“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:30)

Ayat ini mengingatkan kita semua bahwa yang layak untuk mendapat posisi terutama dan pertama dalam hidup kita dan harus kita kasihi ialah Tuhan itu sendiri.

 

Inilah saatnya mengembalikan Tuhan pada tempat yang tepat dalam hidup kita. Menjadi yang terutama, pertama, dan satu-satunya dalam hidup kita.

 

Comments

Popular posts from this blog

Masihkah Kita Menghormati Tuhan?

Pada 7 Januari 2024 dalam tidur saya, saya bermimpi. Sebuah mimpi yang cukup singkat, namun mengusik hati saya. Dalam mimpi tersebut, saya seperti sedang memimpin sebuah Persekutuan yang tidak terlalu besar. Pada awalnya belum banyak orang yang hadir, namun lama-lama orang-orang berdatangan. Saya melihat anak-anak kecil, kira-kira seusia SD hingga SMP berdatangan dengan polos, ada wajah sukacita pada mereka. Saya sudah hendak memulai Persekutuan tersebut ketika tiba-tiba di sisi lainnya ada orang-orang dewasa yang tiba-tiba sudah berdiri disana, sepertinya hendak mengikuti Persekutuan itu juga. Mereka Nampak mengenakan pakaian berupa jas yang rapi dan resmi. Ketika Persekutuan mulai berjalan, anak-anak yang hadir tadi menyembah dengan khusyuk, namun sewaktu saya menoleh ke barisan orang-orang dewasa berjas tadi, mereka terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri dan mulai menimbulkan kegaduhan yang mengganggu suasana ibadah. Dalam mimpi itu, saya mulai merasa terganggu dan menoleh

Mau menakar TUHAN dengan inderamu yang penuh dosa?

DIA adalah TUHAN yang tidak bisa ditakar dengan indera kita yang telah ikut jatuh ke dalam dosa. Sewaktu Musa mati, Bangsa Israel mengalami duka yang mendalam. Mereka meratapi kepergian Musa selama kurang lebih satu bulan. "Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya." (Ulangan 34:8a) Tentu hal ini sangat ‘manusiawi’ karena Musa had been with them for a long time. Bahkan Musa ada bersama mereka semenjak mereka masih di tanah perbudakan. Meski awalnya orang-orang Israel meragukan Musa, namun tidak bisa dipungkiri, Musa telah menjadi pemimpin, bahkan “Bapak” bagi Bangsa Israel dalam perjalannnya. Namun ada sebuah ‘fakta’ bahwa mungkin ketika bangsa Israel masih dalam suasana duka karena kepergian Musa, tiba-tiba Tuhan berfirman bahwa hamba-Nya Musa, yang telah Ia sertai sekian lama, telah mati. Lalu Tuhan menunjuk Yosua untuk menyelesaikan mandat yang diberikan kepada Musa. Tuhan berjanji, bahwa seperti Tuhan menyertai Musa, demikian Tuhan akan meny

Dimana fokusnya?

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  - Matius 6:27 (TB)   Jika kita membaca perikop firman Tuhan dari  ayat di atas, judul perikopnya: “Hal Kekuatiran”. Biasanya jika membaca perikop ini, kita cenderung terfokus mengenai mengatasi kekuatiran karena Tuhan telah menyediakan segala sesuatunya bagi kita. Tentu hal ini tidak salah dan memang tertulis demikian jelas di Alkitab.   Namun mari kita mampir sebentar ke ayat yang ditulis oleh versi Amplified Bible, disana ditulis demikian: “Set your mind and keep focused habitually on the things above (heavenly things), not on things that are on earth (which have only temporal value” (Colossians 3:2 AMP). Jika diterjemahkan bahasa Indonesia   nya, artinya kurang lebih  yaitu kita diingatkan untuk fokus pada hal-hal yang bersifat sorgawi dan bukan duniawi, yang sifatnya hanya sementara.   Dalam perikop kita di Matius 6, pada ayat ke 25 kita diingatkan bahwa seringkali kit