Skip to main content

Kamu, iya, Kamu!

Apa yang kita pikirkan jika mendengar kata “Pilihan”? Apa yang kita lakukan jika kita disuruh “memilih”? Pasti kita semua akan memilih yang terbaik dari hal-hal yang ditawarkan kepada kita. Pilihan biasanya identik dengan sesuatu yang disukai, dikhususkan, berbeda dari yang lain, yang terbaik.

 

Dalam 1 Petrus 2:9-10 kita disebut sebagai ‘yang terpilih’. Tuhan Allah menyebut kita sebagai umat pilihan. Di ayat yang ke 10 dikatakan bahwa kita dulunya bukanlah umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya. Kita yang dahulu tidak dikasihani, tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan dari Tuhan. Lewat karya penebusan Tuhan Yesus di kayu salib, kita telah dilayakkan untuk menjadi umat-Nya.

 

Ada beberapa hal yang hendak kita renungkan dari perikop di atas:

 

1. Ketika Tuhan berfirman Kamulah umat yang terpilih..”, ini seperti Tuhan sedang mengingatkan kita mengenai siapa kita di dalam TUHAN. Identitas kita sebagai umat-Nya sedang diteguhkan oleh firman-Nya yang tertulis dalam firman yang kita baca hari ini. Kita adalah putra-putri Kerajaan Sorga.

 

2. Ayat 9 juga menuliskan “..yang memanggil kamu keluar dari kegelapan..”. Artinya kita telah dipanggil keluar dari kehidupan kita yang lama kepada kehidupan baru kita di dalam Tuhan. Biar dari kebenaran ini, kita menyadari bahwa kita dipanggil untuk memiliki hidup yang berbeda dari dunia, karena kita telah dipindahkan dari maut kepada hidup yang kekal. Kita tidak hidup berdasar standar-standar dunia lagi, melainkan hidup benar di hadapan Tuhan.

Ketika kita hidup di dalam Tuhan, maka ada hidup berbeda, berdasarkan firman-Nya, ada buah roh yang dihasilkan dari kehidupan kita, yang membuat hidup kita berbeda dari orang-orang yang belum mengenal Tuhan.

 

3. Dalam ayat tersebut dikatakan juga, “…supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia..”. Firman Tuhan ini sedang memanggil kita untuk menjadi saksi-Nya. Hidup kita menjadi kitab yang terbuka, dimana ketika orang melihat kehidupan kita, seharusnya orang-orang melihat Tuhan Yesus yang besar itu dalam kehidupan kita. Sehingga orang-orang rindu untuk datang dan mengenal Tuhan Yesus lewat kehidupan kita. Setiap hal yang kita perbuat dalam kehidupan kita, baik sekolah, kuliah, pekerjaan, pelayanan, sosial media, maupun apapun yang kita perbuat dalam hidup kita, menjadi sarana untuk kita menyaksikan Kristus pada dunia ini.

 

Mari belajar untuk semakin mengerti identitas kita sebagai Putra-Putri Kerajaan Sorga, umat pilihan Allah. Sehingga kita terus mengalami perubaha hidup yang semakin serupa dengan Kristus.

Kiranya Roh Kudus memampukan kita menjadi saksi-Nya lewat setiap hal yang kita lakukan dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.

Comments

Popular posts from this blog

Masihkah Kita Menghormati Tuhan?

Pada 7 Januari 2024 dalam tidur saya, saya bermimpi. Sebuah mimpi yang cukup singkat, namun mengusik hati saya. Dalam mimpi tersebut, saya seperti sedang memimpin sebuah Persekutuan yang tidak terlalu besar. Pada awalnya belum banyak orang yang hadir, namun lama-lama orang-orang berdatangan. Saya melihat anak-anak kecil, kira-kira seusia SD hingga SMP berdatangan dengan polos, ada wajah sukacita pada mereka. Saya sudah hendak memulai Persekutuan tersebut ketika tiba-tiba di sisi lainnya ada orang-orang dewasa yang tiba-tiba sudah berdiri disana, sepertinya hendak mengikuti Persekutuan itu juga. Mereka Nampak mengenakan pakaian berupa jas yang rapi dan resmi. Ketika Persekutuan mulai berjalan, anak-anak yang hadir tadi menyembah dengan khusyuk, namun sewaktu saya menoleh ke barisan orang-orang dewasa berjas tadi, mereka terlihat sibuk dengan diri mereka sendiri dan mulai menimbulkan kegaduhan yang mengganggu suasana ibadah. Dalam mimpi itu, saya mulai merasa terganggu dan menoleh

Mau menakar TUHAN dengan inderamu yang penuh dosa?

DIA adalah TUHAN yang tidak bisa ditakar dengan indera kita yang telah ikut jatuh ke dalam dosa. Sewaktu Musa mati, Bangsa Israel mengalami duka yang mendalam. Mereka meratapi kepergian Musa selama kurang lebih satu bulan. "Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya." (Ulangan 34:8a) Tentu hal ini sangat ‘manusiawi’ karena Musa had been with them for a long time. Bahkan Musa ada bersama mereka semenjak mereka masih di tanah perbudakan. Meski awalnya orang-orang Israel meragukan Musa, namun tidak bisa dipungkiri, Musa telah menjadi pemimpin, bahkan “Bapak” bagi Bangsa Israel dalam perjalannnya. Namun ada sebuah ‘fakta’ bahwa mungkin ketika bangsa Israel masih dalam suasana duka karena kepergian Musa, tiba-tiba Tuhan berfirman bahwa hamba-Nya Musa, yang telah Ia sertai sekian lama, telah mati. Lalu Tuhan menunjuk Yosua untuk menyelesaikan mandat yang diberikan kepada Musa. Tuhan berjanji, bahwa seperti Tuhan menyertai Musa, demikian Tuhan akan meny

Dimana fokusnya?

Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?  - Matius 6:27 (TB)   Jika kita membaca perikop firman Tuhan dari  ayat di atas, judul perikopnya: “Hal Kekuatiran”. Biasanya jika membaca perikop ini, kita cenderung terfokus mengenai mengatasi kekuatiran karena Tuhan telah menyediakan segala sesuatunya bagi kita. Tentu hal ini tidak salah dan memang tertulis demikian jelas di Alkitab.   Namun mari kita mampir sebentar ke ayat yang ditulis oleh versi Amplified Bible, disana ditulis demikian: “Set your mind and keep focused habitually on the things above (heavenly things), not on things that are on earth (which have only temporal value” (Colossians 3:2 AMP). Jika diterjemahkan bahasa Indonesia   nya, artinya kurang lebih  yaitu kita diingatkan untuk fokus pada hal-hal yang bersifat sorgawi dan bukan duniawi, yang sifatnya hanya sementara.   Dalam perikop kita di Matius 6, pada ayat ke 25 kita diingatkan bahwa seringkali kit